Dalam
membangun dan mengembangkan sebuah bisnis di bidang teknologi informasi, memang
tidak terlepas dari peran negara (pemerintah). Begitu juga sukses tidaknya
seorang enterpreneur teknologi di Indonesia. Secara umum, kondisi dan
lingkungan usaha dalam dunia teknologi di Indonesia dapat dikatakan masih belum
disokong secara maksimal. Hal ini dapat dilihat bagaimana kurangnya dukungan
negara bagi seorang enterpreneur muda untuk dengan mudah membangun sebuah
perusahaan sendiri dalam bidang IT.
Beberepa kondisi ekonomi serta ketidak kondusifan dunia
usaha yang masih mempengaruhi bisnis IT di Indonesia antara lain:
- Belum adanya aturan (regulasi) khusus untuk mendukung pembangunan dan pengembangan perusahaan IT, terutama perusahaan start up (pemula), misalnya rendahnya insentif pajak dari pemerintah. Dalam kebijakannya, perusahaan besar maupun pemula harus mengikuti aturan yang sama, sehingga peluang munculnya perusahaan start up bidang IT masih merasa kesulitan dalam pendanaan. Padahal banyak perusahaan besar yang sekarang terkenal di dunia dimulai dari perusahaan start-up.
- Komunitas keuangan Indonesia masih belum berani mendukung untuk kegiatan perusahaan teknologi dan informasi, khususnya untuk perusahaan pemula, misalnya belum adanya kredit perbankan dengan bunga dan persyaratan yang rendah.
- Perlindungan dan penghargaan terhadap patent penemuan teknologi masih lemah dan belum maksimal. Hal tersebut nyatanya berdampak pada minimnya kemunculan enterpreneur muda yang menekuni pengembangan perangkat lunak (software) suatu aplikasi, karena kecemasan akan tindakan penggandaan ilegal oleh pihak lain terhadap hasil karyanya.
- Perusahaan pemerintah di Indonesia nampaknya masih belum bersemangat dalam mendukung dunia usaha IT terutama bagi perusahaan start up. Misalnya saja dalam peraturan pembayaran yang wajib dilakukan oleh perusahaan negara atau BUMN dilaksanakan minimal 30 hari sesudah semua dokumen disetujui. Persyaratan ini ternyata juga berlaku bagi perusahaan besar dan juga perusahaan kecil. Hal tersebut tentu sangat memberatkan bagi perusahaan start-up.
Demikian beberapa poin yang masih menjadi kendala dalam
pengembangan usaha dan bisnis IT yang terjadi di Indonesia. Sebagai pembanding,
anda dapat melihat bagaimana usaha pengembangan usaha Teknologi dan Informasi
yang terjadi di negara Kanada.
Di negara yang beribu
kota Ottawa tersebut bediri sebuah badan yang dikenal dengan IRAP (Industrial
Research Assistance Programme). IRAP adalah bagian program dari National
Research Council. Tujuan dari pendirian lembaga tersebut adalah untuk membantu
industri-industri kecil dan menengah (UKM) di bidang IT untuk berkembang dan
besar serta melahirkan inovasi-inovasi yang kreatif. Badan Industrial Research
Assistance Programme akan membantu UKM teknologi misalnya sebagai konsultan
untuk membangun sebuah perusahaan baru.
Selain itu, di Kanada juga terdapat pasar modal yang ditujukan khusus bagi perusahaan start-up di bidang IT. Jadi dapat dikatakan bahwa Canada merupakan sebuah contoh ideal dalam pengembangan usaha di bidang teknologi. Pemerintah Indonesia hendaknya bisa melangkah menuju ke arah sana, mengingat potensi-potensi para enterpreneur muda di bidang IT sangat besar di Indonesia. Kita berharap, di tahun 2013 ke atas akan muncul wirausahawan-wirausahawan IT yang akan mampu bersaing di pasar global.
Selain itu, di Kanada juga terdapat pasar modal yang ditujukan khusus bagi perusahaan start-up di bidang IT. Jadi dapat dikatakan bahwa Canada merupakan sebuah contoh ideal dalam pengembangan usaha di bidang teknologi. Pemerintah Indonesia hendaknya bisa melangkah menuju ke arah sana, mengingat potensi-potensi para enterpreneur muda di bidang IT sangat besar di Indonesia. Kita berharap, di tahun 2013 ke atas akan muncul wirausahawan-wirausahawan IT yang akan mampu bersaing di pasar global.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar